Selasa, 15 November 2011

Mikro BRI Syariah terkait Konfrensi D-8

Home Nasional

Bank Syariah di Indonesia Bisa Jadi Contoh Negara Lain

Senin, 14 November 2011

Hidayatullah.com--Bank Syariah di Indonesia dinilai bisa menjadi percontohan bagi negara lain dalam penyaluran pembiayaan mikro kecil. Hal itu terbukti dengan banyaknya usahawan kecil yang berhasil.

"Saya terkejut dengan apa yang terjadi di Indonesia. Bagaimana perbankan syariah bisa mengakses kelompok mikro yang tidak bankable," kata Salim Ullah, pejabat Bank Central Pakistan, seusai berkunjung ke pabrik kerupuk "Pajar" di Bantar Gebang, Bekasi, Minggu (13/11/2011).

Kunjungan ke pabrik tersebut merupakan tindak lanjut dari Islamic Microfinance Workshop yang diseleggarakan Bank Indonesia, di Jakarta, 10-12 November 2011. Workshop tersebut diikuti delegasi negara-negara anggota D-8, terdiri dari Bangladesh, Iran, Malaysia, Mesir, Nigeria, Pakistan, Turki, dan Indonesia.

Menurut Salim, UMKM tidak dijangkau perbankan di negaranya karena biaya dan risikonya besar. "Saat ini ada lebih dua juta nasabah UMKM yang mengajukan kredit namun yang dikabulkan hanya 15 persennya. Kami ingin belajar dari Indonesia," katanya, dimuat laman Pikiran Rakyat.
 
Sementara Mahmud, pejabat Bank Central Turki mengatakan, di negaranya tidak ada bank syariah. Namun demikian, tersedia bank yang menyalurkan kredit tanpa bunga dan membagikan keuntungannya.

Pada kesempatan itu, H. Pendi (56), pengusaha kerupuk asal Kawali, Kab. Ciamis mengatakan, pihaknya mendapat kredit dari Bank BRISyariah Bekasi sebanyak dua kali. Pinjaman pertama senilai Rp 100 juta untuk modal dan didapatkan dua mesin. Sedangkan, pinjaman kedua senilai Rp 150 juta, yang kemudian diperuntukan untuk menambah tiga mesin.
 
Dengan pinjaman itu, Pendi membayar bagi hasil kepada BRISyariah yang jauh di bawah bunga bank konvensional, masing-masing Rp 9.447.000 dan Rp 23.300.000. "Saya memang tidak ingin bank yang pakai bunga," ujar ayah tiga anak, yang dua anak di antaranya sedang berkuliah di Universitas 45 Bekasi (Unisma) dan Universitas Indonesia.

Pendi rata-rata bisa memproduksi 30.000 keping kerupuk. Dalam sebulan omzetnya mencapai Rp 270 juta per bulan dengan gross profit margin 33,33 persen. Produksinya dipasarkan sejumlah pedagang ke sekitar Bekasi, Cibubur, hingga Tambung.

Group Head Micro Banking BRISyariah Sigit Suryawan mengatakan, pabrik kerupuk "Pajar" dikenal sebagai nasabah yang lancar. Hingga 2011 jumlah usaha mikro syariah ada 155 unit dengan 36 area di seluruh provinsi Indonesia. Portofolio pembiayaan yang disalurkan BRISyariah sampai Oktober 2011 mencapai Rp 1,2 triliun, yang berarti naik 176% dari tahun lalu.

“Kami menyalurkan pembiayaan tanpa jaminan hingga Rp 25 juta. Di atas itu menggunakan jaminan. Kami menggunakan skema jual beli (murabahah),” kata Sigit. BRISyariah juga memiliki produk penghimpunan dana (tabungan) dari tabungan haji hingga deposito. Selain itu juga ada penyaluran dana, produk akses.

Menurut Sigit, silaturahmi dengan nasabah berpengaruh terhadap rendahnya kredit bermasalah (nonperforming loan/(NPL). “NPL di BRISyariah yang dikelola micro banking sebesar 0,4 persen dan perbandingan antara nasabah lancar terhadap seluruh nasabah mikro ada 98 persen,” katanya. *

Rep: CR1
Red: Syaiful Irwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar