Selasa, 15 November 2011

Publikasi Pertama : Costumer Gathering di Masjid Al Azhar

BRI Syariah Incar Sektor Mikro
15 Mar 2011
Perbankan Republika
Sefti Oktarianisa

Jumlah nasabah ditargetkan naik di atas 100 persen.

JAKARTA - Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah optimistis mampu melambungkan pembiayaan mikro pada tahun ini. Menurut Micro Banking Group Head BRI Syariah, Sigit Surya-wan, pihaknya menargetkan pertumbuhan pembiayaan mikro dari Rp 504 miliar menjadi Rp 1,1 triliun.

"Pada 2010, portofolio pembiayaan mikro masih kecil dibanding total pembiayaan. Ia masih berada di bawah lima persen," katanya saat ditemui Republika seusai "Customer Gathering Nasabah dan Calon Nasabah Mikro BRI Syariah", di Jakarta, Ahad (13/3). Selama ini, pembiayaan masih didominasi kredit perumahan rakyat (KPR) dan gadai.

Selain memperbanyak sosialisasi tentang pembiayaan mikro ke nasabah dan calon nasabah, BRI Syariah juga menerapkan margin di bawah kompetitor. BRI Syariah pun bakal mengeluarkan kupon wakaf dengan fungsi sebagai dana bergulir. Ia mengaku hal ini tengah dikaji internal untuk melihat kesesuaian dengan core banking BRI Syariah. "Kita harap ini bisa meningkatkan nasabah dari 5.026 menjadi 13 ribu nasabah," ungkapnya.

Pembiayaan mikro BRI Syariah menggunakan akad murabahah. Dalam akad ini, bank menjadi jembatan jual beli dengan nasabah. Ke depan, BRI Syariah bakal menambah dua akad baru, yakni ijarah dan musya-rakah mutanaqisah. Ijarah merupakan akad sewa dimana hak terhadap pembelian yang dilakukan nasabah masih dimiliki bank, namun akan diberi pengalihan jika sudah sampai batas waktu.

Sementara itu, musyara-kah mutanaqisah merupakan pemberian modal kerja ke nasabah. Di mana nasabah akan melakukan pembayaran dengan mengangsur sehingga ke depan sebagian kepemilikan bank dapat menjadi hak milik nasabah.

Plafon pembiayaan mikro pada BRI Syariah berada pada Rp 5 juta hingga Rp 500 juta dengan opsi Rp 25 juta. Rp 75 juta, dan Rp 500 juta. Hingga kini, 100 persen pembiayaan mikro BRI Syariah disalurkan pada pedagang pasar dengan komposisi terbesar pedagang sembilan bahan pokok (sembako) dan pedagang pakaian.

"Kita memiliki 150 outletpembiayaan mikro," ungkapnya. Sejumlah wilayah, seperti Mataram, Madura, Surabaya, dan Bogor menjadi kawasan prospektif dengan kredit bermasalah atau non performing financing (NPF) sebesar nol persen. Diakuinya, pembiayaan mikro ini bukanlah upaya menyaingi peran bank induk BRI Syariah, BRI konvensional. Ia menilai hal ini lebih mengarah kepada kelengkapan bisnis BRI.

"Daripada nasabah (yang menginginkan pembiayaan mikro syariah) ke bank lain, lebih baik dilayani anak perusahaan," katanya lagi. Lagi pula, ujar Sigit, plafon yang diberikan berbeda, di mana BRI memiliki batas maksimum Rp 100 juta.

Per Desember 2010, aset BRI Syariah meningkat dari Rp 3,178 triliun menjadi Rp 6,867 triliun. Pembiayaan tumbuh menjadi Rp 5,474 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh menjadi Rp 5,097 triliun. Pada 2011, BRI Syariah berharap aset meningkat hingga Rp 10 triliun dengan pembiayaan dan DPK digenjot hingga Rp 9 triliun.

Pada periode yang sama, BRI Syariah mencatat laba sebesar Rp 14,852 miliar. Tahun ini, BRI Syariah menargetkan laba tumbuh hingga Rp 50 miliar. ed tirkah fansun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar